Puisi Nita Nurhayati

Radar Banten
Minggu, 10 Februari 2008



KAULIHAT SAAT KULIHAT

Kaulihat,
tulisanku merapihkan
lembar-lembar awan.
Di biru laut ikan-ikan
yang tenggelam.
Saat alam terasa mencekam
kulihat saat kaulihat
secarik rona
pada jalan fatamorgana.

04 Februari 2008



PERIH MENYERPIH

Anak kecil
beramplop kerdil
bersenandung mungil .
Semakin lirih menyerpih perih.
di bawah kerlip cahaya
Asmaul Husna sepanjang
Serang kota.
Berjajaran tangan terbuka
dengan mata meminta
“sepeser saja!”
Apa yang bisa kuberi.
Tuan pun enggan berbagi.
Sekumpulan baju cabik
keringat tengik
menjelma perlente
pada garis dinding putih.

05 Februari 2008



NENEK DALAM KOLAM AIR MATA

Senyum nenekku mengalunkan
bunyi pasir dalam
sentuhan hujan
bulan kemarau.
Satu nenek,
yang kupunya tinggal nenek.
Meski ia tak pernah
mengeluskan ubannya
di dahiku saat aku minta susu.
Tetapi, punggung tangannya
yang keriput serasa lembut
menjernihkan kabut.
Nenek,
bolehkan aku menciummu
dalam kolam
air mata?

13 Januari 2008



TAWA MATAHARI

dia selalu meneleponku
menanyakan kabar,
tak sabar kumatikan  
hubungan itu.

di langit siang matahari
menertawaiku dengan geram
sorotnya.
Kutolak ia.
sambil melihat warna
awan;
cerminan diriku.

01 Januari 2008




Komentar