FEMINISME LIBERAL
“Perempuan tidak semata-mata dilahirkan, perempuan adalah suatu proses
menjadi. Dan proses menjadi tidak pernah berakhir” Simone de Beauvoir
Seperti yang
diungkapkan Beauvoir, beginilah cara pandang feminisme, selama perempuan itu
masih ada dengan problematika kehidupannya, maka selama itulah feminisme akan
berkembang.
Aquarini menjelaskan dalam kata pengantar bahwa buku Tong ini memberikan
kesan feminisme sebagai suatu pohon besar, yang bercabang-cabang, yang setiap
cabangnya mempunyai cabang lagi, yang masing-masing menghasilkan bunga. Dengan
demikian, teori feminisme selalu berkaitan dengan teori lain dan selalu
berkembang atau bergerak dalam peta feminisme yang luas.
Peta Pemikiran
Feminisme Rosemarie Putnam Tong
Seputar Feminisme Liberal
-
Akar
pemikiran Feminisme Liberal abad ke-18 dan ke-19
Pemikiran Feminis Liberal Abad ke-18:
Pendidikan yang Setara
Mary Wollstonecraft menulis buku berjudul A Vindication of the Right of Woman,
berisi tentang bagaimana kekayaan berdampak negatif terhadap perempuan borjuis
abad ke-18 yang sudah menikah. Wollstonecraft mengkaji tentang perempuan kelas
menengah yang menurutnya adalah perempuan ‘peliharaan’ yang telah mengorbankan
kesehatan, kebebasan, dan moralitasnya untuk prestise, kenikmatan, dan
kekuasaan yang disediakan suaminya. Menghadapi kenyataan ini, Wollstonecraft
berpendapat bahwa masyarakat wajib memberikan pendidikan kepada perempuan,
seperti juga kepada anak laki-laki, karena semua manusia berhak mendapat
kesempatan yang setara untuk mengembangkan kapasitas nalar dan moralnya.
Sehingga mereka dapat menjadi manusia yang utuh (personhood).
Pemikiran Feminis Liberal Abad ke-19:
Hak Politik dan Kesempatan Ekonomi yang Setara
John Stuart Mill dan Harriet Taylor menganggap bahwa jika
masyarakat ingin mencapai kesetaraan seksual, atau keadilan gender, maka
masyarakat harus memberikan perempuan hak politik dan kesempatan, serta
pendidikan yang sama yang dinikmati oleh laki-laki.
Angela Davis dalam bukunya Women, Race, and Class mengamati tentang keseluruhuan gerakan
perempuan abad ke-19 di Amerika Serikat, termasuk gerakan perempuan untuk
memperoleh hak pilih, secara sangat dekat juga berkaitan dengan gerakan abolisi
(penghapusan diskriminasi/perbudakan terhadap ras tertentu, dalam hal ini kulit
hitam).
Gerakan Feminisme Liberal abad ke-20
Betty Freidan adalah salah satu pendiri dan presiden pertama
NOW (National Organization for Women).
NOW mengajukan VIII tuntutan kepada pemerintah Amerika Serikat untuk memastikan
perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki.
Betty Freidan menulis buku yang pertama berjudul The Feminine Mystique yang menyarankan
perempuan seperti laki-laki, sedangkan buku kedua yaitu The Second Stage mendorong perempuan untuk menjadi perempuan.
Pemikiran Freidan bergerak pada humanisme yang menginginkan kemanusiaan (personhood).
Arah Kontemporer dalam Feminisme Liberal
Feminisme liberal
berkeinginan untuk membebaskan perempuan dari peran gender yang opresif, yaitu
dari peran-peran yang digunakan sebagai alasan atau pembenaran untuk memberikan
tempat yang lebih rendah, atau tidak memberikan tempat sama sekali bagi
perempuan, baik di dalam akademi, forum, maupun pasar. Mereka menekankan bahwa
masyarakat patriarkal mencampuradukkan seks dan gender, dan menganggap hanya
pekerjaan-pekerjaan yang dihubungkan dengan kepribadian feminine yang layak
untuk perempuan.
Kritik terhadap Feminisme Liberal:
Kritik Satu: Dapatkah perempuan menjadi seperti laki-laki? Apakah
perempuan menginginkannya? Apakah perempuan harus menginginkannya?
Jean Bethke Elshain mengkritik
feminisme liberal dalam tulisannya Why
Can’t a Woman Be More Like a Man? (Mengapa perempuan tidak dapat menjadi
lebih seperti laki-laki?). Menurutnya ada tiga kesalahan utama feminisme
liberal, yaitu: (1) klaimnya bahwa perempuan dapat menjadi seperti laki-laki
jika mereka menset pemikirannya untuk itu; (2) klaimnya bahwa kebanyakan
perempuan ingin menjadi seperti laki-laki; dan (3) klaimnya bahwa semua
perempuan seharusnya ingin menjadi seperti laki-laki, dan meninggikan
nilai-nilai maskulin.
Kritik Dua: Perempuan tidak Hidup dengan Nalar dan Otonomi Semata
Alison Jaggar mengkritisi feminisme
liberal, terutama atas apa yang dipandangnya sebagai konsep feminis liberal
mengenal diri. Menurut Jaggar, feminis liberal mengkonsepsi diri sebagai agen
yang rasional dan otonom, yaitu diri laki-laki.
Kritik Tiga: Feminisme Liberal sebagai Rasis, Klasis, dan Heteroseksual
Feminisme liberal hanya berfungsi,
atau lebih banyak berfungsi untuk kepentingan perempuan kulit putih kelas
menengah dan heteroseksual.
Simpulan
Feminis liberal tidak mengklaim bahwa
perempuan harus mengorientasikan hasrat seksualnya terhadap perempuan dan
menjauh dari laki-laki, atau bahwa semua perempuan harus lebih mencintai
perempuan daripada laki-laki. Feminis liberal bersikeras bahwa laki-laki,
seperti juga perempuan, harus memperlakukan satu sama lain sebagai seseorang
yang setara, sebagai manusia yang sama berharganya untuk dicintai.
Referensi:
Referensi:
Tong, Rosemarie
Putnam. 2004. Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif kepada Aliran
Utama Pemikiran Feminis. (terj. Aquarini Priyatna Prabasmoro). Yogyakarta:
Jalasutra.
(y)
BalasHapussenang bisa nemu blogger muda yang smart kyk gini.
ijin follow ..
mangga atuh pak, saya juga seunang bisa selalu dpat komentar dri bapak,.-) nuhun pak.
HapusGood explanation!...sangat membantu utk referensi.
BalasHapusthanks mbak...^_^
Oke dje,. Selamat membaca,. Terima kasih ya..
BalasHapus